ShoutMix chat widget

Sabtu, 23 April 2011

Selamat Jalan Sahabat



Menitis airmataku keharuan kepada sebuah pertemuan, ternyata memang benar adanya, ia sahabat, kawan yang berjalan bersama-sama, kini telah habis kekuatan. tatkala masa itu masih panjang tiba-tiba tersentak oleh sebauah kabar yang mengejutkan seluruh tubuh dan batin yang mendengarnya. tiada kesanggupan untuk dapat membuang rasa tangis di hati dan tiada kesanggupan menghapus air mata yang jatuh di pipi.

pagi itu seperti biasa, hari kami lalui di tempat kuliah kami IAIN IB Padang, matahari mulai keluar dengan normal, embun pun turun mengikuti setiap celah cahaya yang diturunkannya. ahmad yang pada waktu itu duduk di sebuah taman sambil menikmati indahnya udara pagi tiba-tiba tercengan setelah handphone yang digenggamnya di tangan kanan bergetar dan ia melihat tulisan "you have a message" dengan rasa penasaran ia membukanya, dan

"innalillah wa innailaihi rajiun.... telah berpulang kerahmatullah salah seorang saudari kita, karena ia mengalami sakit di tubuhnya." subhanallah sontak dalam sedetik ia kaget dan tidak percaya dengan apa yang dibacanya. ternyata itu adalah sms dari aminah seorang sahabat lain yang sama-sama kuliah di jurusan yang sama. ia mengatakan bahwasannya saudari kita yang bernama ina telah pergi mendahului kita.

semua orang tersentak dan terkejut dengan kabar itu. kami telah mengetahui bahwa ia memang sakit sudah lama. tapi tentang kepergiannya kami sama sekali tidak menduga " kata salah seorang sahabat yang lain".


sebagai mana yang disampaikan harun yahya dalam tulisannya

"Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:

Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.


ini adalah sebuah tulisan buat sahabat kami.. semoga ia tenang disana. terima kasih sahabat atas senyummu yang temani hari-hari kami..... selamat jalan, doa kami menyertaimu....


selamat jalan... selamat tinggal.. sahabat....

Senin, 18 April 2011

Ciri Bahasa Indonesia Baku


Ketika saya melakukan pencarian dengan kata kunci ‘ciri bahasa Indonesia baku’, alhasil ada 475,000 halaman daring yang memuat kata kunci tersebut. Kendati tidak banyak yang menjelaskan secara detail perihal kata ‘baku’ itu sendiri, saya pun lebih memilih tautan, yang saya anggap bisa dipercaya seperti Wikipedia – Bahasa Indonesia, Laman Pusat Bahasa, Blog Bahtera – Beberapa ciri Bahasa Indonesia Baku, dan Wikipedia – Pedoman ejaan dan penulisan kata.
Menurut buku Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X, bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa yang tidak mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku.
Ciri Bahasa Baku Indoneisa

Gambar diambil dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=21&row=

Adapun fungsi bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai berikut.

1. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.
3. Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa yang lain mengungkapkan penalaran yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.

(Dikutip dari buku Bahasa Indonesia Untuk SMK/MAK Semua Program Keahliaan Kelas X, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Halaman 10)

Selasa, 12 April 2011

Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah TAFSIR, TA’WIL DAN TARJAMAH


OLEH: Drs. Masran, M. Ag.
A. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Secara bahasa kata Tafsir ( تفســير ) berasal dari kata فَسَّرَ yang mengandung arti: menjelaskan, menyingkap dan menampak-kan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata الفســر berarti menyingkapkan sesuatu yang tertutup [Al-Qaththan, 1992: 450 - 451].
Menurut istilah, Tafsir berarti Ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammas Saw. dan penjelasan maknanya serta pengambilan hukum dan makna-maknanya [Az-Zarkasyi, 1972: I, 13]. Definisi lain tentang pengertian Tafsir dikemukakan oleh As-Shabuni [1985: 66], bahwa Tafsir adalah Ilmu yang membahas tentang Al-Quranul-Kariem dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan manusia.
Sedangkan pengertian Ta’wil, menurut sebagian ulama, sama dengan Tafsir. Namun ulama yang lain membedakannya, bahwa ta’wil adalah mengalihkan makna sebuah lafazh ayat ke makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh akal [As-Suyuthi, 1979: I, 173]. Sehubungan dengan itu, Asy-Syathibi [t.t.: 100] mengharuskan adanya dua syarat untuk melakukan penta’wilan, yaitu: (1) Makna yang dipilih sesuai dengan hakekat kebenaran yang diakui oleh para ahli dalam bidangnya [tidak bertentangan dengan syara’/akal sehat], (2) Makna yang dipilih sudah dikenal di kalangan masyarakat Arab klasik pada saat turunnya Alquran].
Dari pengertian kedua istilah ini dapat disimpulkan, bahwa Tafsir adalah penjelasan terhadap makna lahiriah dari ayat Alquran yang penegrtiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh Allah; sedangkan ta’wil adalah pengertian yang tersirat yang diistimbathkan dari ayat Alquran berdasarkan alasan-alasan tertentu.
Sedangkan Tarjamah, secara bahasa berati memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini, memindahkan lafal ayat-ayat Alquran yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaannya, tarjamah terbagi kepada tiga bentuk:
1. Tarjamah Harfiah/Lafzhiah: yaitu memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan cara memindah bahasakan kata-demi kata, serta tetap mengikuti susunan (uslub) bahasa yang diterjemahkan .
2. Tarjamah Ma’nawiah/Tafsiriah: Sebagian ulama ada yang membedakan antara tarjamah ma’nawiah dengan tarjamah tafsiriah, sedangkan sebagian lainnya menganggap keduanya adalah sama.
B. Macam-macam tafsir berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumber penafsirannya, tafsir terbagi kepada dua bagian: Tafsir Bil-Ma’tsur dan Tafsir Bir-Ra’yi. Namun sebagian ulama ada yang menyebutkannya tiga bagian.
1. Tafsir Bilma’tsur adalah tafsir yang menggunakan Alquran dan/atau As-Sunnah sebagai sumber penafsirannya.
2. Tafsir Bir-Ra’yi adalah Tafsir yang menggunakan rasio/akal sebagai sumber penafsirannya.
3. Tafsir Bil Isyarah, Penafsiran Alquran dengan firasat atau kemampuan intuitif yang biasanya dimiliki oleh tokoh-tokoh shufi, sehingga tafsir jenis ini sering juga disebut sebagai tafsir shufi.
ad.1. Contoh Kitab-kitab Tafsir Bil-Ma’tsur antara lain:
a. Tafsir Al-Qur’anu al-‘Azhim (القرآن العظيم), karangan Abu al-Fida’ Ismail bin Katsir al-Qarsyi al-Dimasyqy, terkenal dengan sebutan Ibnu Katsir (w. 774H.)
b. Tafsir Jami’ al-Bayan Fi Tafsir al-Qur’an(جامع البيان), karangan Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabary, dikenal dengan sebutan Ibnu Jarir At-Thabary (225 H. – 310 H.)
c. Tafsir Ma’alim al-Tanzi, (معالم التنزيل), dikenal dengan sebutan al-Tafsir al-Manqul, karangan al-imam al-Hafizh al-Syahir Muhyi al-Sunnah Abu Muhammad bin Husein bin Mas’ud bin Muhammad bin al-Farra’ al-Baghawy al-Syafi’iy, dikenal dengan sebutan Imam al-Baghawy (w. 462 H.)
d. Tafsir Tanwir al-Miqyas Min Tafsir Ibn ‘Abbas(التنوير المقياس من تفسير ابن عباس), karangan Majd al-din Abu al-ThahirMuhammad bin Ya’qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar al-Syairazi al-Fairuzabadi, dikenal dengan sebutan al-fairūzâbâdi (Lahir tahun 729 H.)
e. Tafsir al-Bahr (البحر), karangan al-‘Allamah Abu al-Layts al-Samarqandy
ad.2. Contoh kitab-kitab Tafsir Bil-Ra’yi:
a.
C. Macam-macam Tafsir berdasarkan corak penafsirannya
Corak penafsiran yang dimaksud dalam hal ini adalah bidang keilmuan yang mewarnai suatu kitab tafsir. Hal ini terjadi karena mufassir memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, sehingga tafsir yang dihasilkannya pun memiliki corak sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.
Berdasarkan corakm penafsirannya, kitab-kitab tafsir terbagi kepada beberapa macam. Di antara sebagai berikut:
1. Tafsir Shufi/Isyari, corak penafsiran Ilmu Tashawwuf yang dari segi sumbernya termasuk tafsir Isyariy. Nama-nama kitab tafsir yang termasuk corak shufi ini antara lain:
a. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, karya Sahl bin Abdillah al-Tustari. Dikenal dengan Tafsir al-Tustasry.
b. Haqaiq al-Tafsir, Abu Abdirrahman al-Silmy, terkenal dengan sebutan Tafsir al-Silmy.
c. Al-Kasf Wa al-Bayan, karya Ahmad bin Ibrahim al-Naisabury, terkenal dengan nama Tafsir al-Naisabury.
d. Tafsir Ibnu Araby, karya Muhyiddin Ibnu Araby, terkenal dengan nama Tafsir Ibnu ‘Araby.
e. Ruh al-Ma’ani, karya Syihabuddin Muhammad al-Alusy, terkenal dengan nama tafsir al-Alusiy. [Ash-Shabuni, 1985: 2001]

2. Tafsir Fiqhy, corak penafsiran yang lebih banyak menyoroti masalah-masalah fiqih. Dari segi sumber penafsirannya, tafsir bercorak fiqhi ini termasuk tafsir bilma’tsur. Kitab-kitab tafsir yang termasuk corak ini antara lain:
a. Ahkam al-Qur’an, karya al-Jashshash, yaitu Abu Bakar Ahmad bin Ali al-Razi, dikenal dengan nama Tafsir al-Jashshash. Tafsir ini merupakan tafsir yang penting dalam fiqh madzhab Hanafi.
b. Ahkam al-Qur’an, karya Ibnu ‘Araby, yaitu Abu Bkar Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Mu’afiri al-Andalusiy al-Isybily. Kitab tafsir ini menjadi rujukan penting dalam Ilmu fiqh bagi pengikut madzhab Maliki.
c. Al-Jami’ Li ahkam al-Qur’an, karya Imam al-Qurthuby, yaitu Abdu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh al-Anshary al-Khazrajy al-Andalusy. Kitab ini dikenal dengan nama kitab Tafsir al-Qurthuby, yang pendapat-pendapatnya tentang fiqh cendrung pada pemikiran madzhab Maliki.
d. Al-Tafsirah al-Ahmadiyyah Fi Bayan al-Ayat al-Sayari’ah, karya Mula Geon
e. Tafsir Ayat al-Ahkam, karya Muhammad al-Sayis,
f. Tafsir Ayat al-Ahkam, karya Manna’ al-Qaththan
g. Tafsir Adhwa’ al-Bayan, karya Syeikh Muhammad al-Syinqitiy. [Manna’ al-Qaththan, 1992: 511 – 515]

3. Tafsir Falsafi, yaitu tafsir yang dalam penjelasannya menggunakan pendekatan filsafat, termasuk dalam hal ini adalah tafsir yang bercorak kajian Ilmu Kalam. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak falsafi ini termasuk tafsir bir-Ra’yi. Kitab-kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Mafatih al-Ghaib, karya Imam Fkhruddin al-Razi yang lebih dikenal dengan nama tafsir al-Razi. Tafsir ini bercorak kalam aliran Ahlus-Sunnah.
b. Tanzih al-Qur’an ‘An al-Matha’in, karya al-Qadhi Abdul Jabbar. Tafsir ini bercorak kalam aliran Mu’tazilah. Dilihat dari segi metode yang digunakannya, tafsir ini termasuk tafsir Ijmaliy. Sedangkan dari segi sumber penafsirannya ia lebih banyak menggunakan akal, karena itu termasuk Tafsir Bir-Ra’yi.
c. Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq al-Tanzil Wa ‘Uyun al-Aqawil Fi Wujuh al-Ta’wil, karya al-Zamakhsyary. Kitab ini dikenal dengan nama Tafsir al-Kasysyaf. Corak penafsirannya adalah kalam aliran Mu’tazilah
d. Mir’at al-Anwar Wa Misykat al-Asrar, dikenal dengan Tafsir al-Misykat, karya Abdul Lathif al-Kazarani. Tafsir ini bercorak kalam aliran Syi’ah
e. At-Tibyan al-Jami’ Li Kulli ‘Ulum al-Qur’an, karya Abu Ja’far Muhammad bin al-Hasan bin ‘Ali al-Thusi. Tafsir ini bercorak kalam aliran Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.
4. Tafsir Ilmiy, yaitu tafsir yang lebih menekankan pembahasannya dengan pendekatan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak ‘Ilmiy ini juga termasuk tafsir bir-Ra’yi. Salah satu contoh kitab tafsir yang bercorak ‘ilmiy adalah kitab Tafsir al-Jawahir, karya Thanthawi Jauhari.
5. Tafsir al-Adab al-Ijtima’i, yaitu tafsir yang menekankan pembahasannya pada masalah-masalah sosial kemasyara-katan. Dari segi sumber penafsirannya tafsir bercorak al-Adab al-Ijtima’ ini termasuk tafsir bir-Ra’yi. Namun ada juga sebagian ulama yang mengkategorikannya sebagai tafsir Bil-Izdiwaj (tafsir campuran), karena prosentase atsar dan akal sebagai sumber penafsiran dilihatnya seimbang.
Salah satu contoh tafsir yang bercorak demikian ini adalah Tafsir Al-Manar, buah pikiran Syeikh Muhammad Abduh yang dibukukan oleh Muhammad Rasyid Ridha.
6. dll.

D. Macam-macam Tafsir berdasarkan metodenya
Para ulama ahli Ulum al-Qur’an telah membuat klasifikasi tafsir berdasarkan metode penafsirannya menjadi empat macam metode. Yaitu: (1) Metode Tahlily, (2) Metode Ijmaliy, (3) Metode Muqaran, dan (4) Metode Maudhu’i. Keempat metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Metode Tahlily (metode Analisis)
Yaitu metode penafsiran ayat-ayat Alquran secara analitis dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya sesuai dengan bidang keahlian mufassir tersebut. Uraiannya, antara lain menyangkut pengertian kosa kata (makna mufradat), keserasian redaksi dan keindahan bahasanya (fashahah dan balaghah), keterkaitan makna ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayuat sebelum maupun sesudahnya (munasabah al-ayat) dan sebab-sebab turunnya ayat (asbab al-nuzul). Demikian pula penafsiran dengan metode ini melihat keterkaitan makna ayat yang ditafsirkannya dengan penjelasan yang pernah diberikan oleh Nabi, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sebelumnya yang telah lebih dahulu memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut. Karena itu, kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini pada umumnya memerlukan volume kitab yang sangat besar, berjilid-jilid sampai 30 jilid banyaknya.
Penafsiran dengan metode ini dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan terhadap ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutannya yang terdapat dalam mushhaf ‘Utsmani yang ada sekarang. Mulai dari awal surat al-Fatihah sampai dengan akhir surat an-Nas.

2. Metode Ijmaly (metode Global)
Yaitu penafsiran Alquran secara singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar, tapi mencakup makna yang dikehendaki dalam ayat. Dalam hal ini mufassir hanya menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan artinya sebatas makna yang terkait secara langsung, tanpa menyinggung hal-hal tidak terkait secara langsung dengan ayat. Tafsir dengan metode ini sangat praktis untuk mencari makna mufradat kalimat-kalimat yang gharib dalam Alquran. Di antara kitab-kitab tafsir yang termasuk menggunakan metode Ijmali ini antara lain:
a) Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, karya Muhammad Farid Wajdi,
b) Al-Tafsir al-Wasith, Produk Lembaga Pengkajian Universitas Al-Azhar, Kaero.
c) Tafsir al-Jalalain, karya Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahally,
d) Shafwah al-Bayan Li Ma’ani al-Qur’an, karya Syeikh Husanain Muhammad Makhlut,
e) Tafsir al-Qur’an, karya Ibnu Abbas yang dihimpun oleh Fayruz Abady,
f) At-Tafsir al-Muyassar, karya Syeikh Abdul Jalil Isa,
g) Taj al-Tafasir, karya Muhammad Utsman al-Mirghani [al-‘Aridh, 1992: 74; Baidan, 1998: 13].

3. Metode Muqaran (metode Komparasi/Perbandingan)
Tafsir dengan metode muqaran adalah menafsirkan Alquran dengan cara mengambil sejumlah ayat Alquran, kemudian mengemukakan pendapat para ulama tafsir dan membandingkan kecendrungan para ulama tersebut, kemudian mengambil kesimpulan dari hasil perbandingannya [al-‘Aridh, 1992: 75]. Namun menurut Baidan [1998: 65], Metode komparatif (muqaran) ialah:
a) Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Alquran yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih; dan atau memiliki redaksi yang berbeda tentang satu kasus yang sama,
b) Membandingkan ayat Alquran dengan Hadits, yang sep-intas terlihat bertentangan,
c) Membandingkan pendapat berbagai ulama tafsir dalam menafsirkan suatu ayat.

4. Metode Maudhu’i (metode Tematik)
Yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir untuk menjelaskan konsep Alquran tentang suatu masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Alquran yang membicarakan tema tersebut. Kemudian masing-masing ayat tersebut dikaji secara komprehensif, mendalam dan tuntas dari berbagai aspek kajiannya. Baik dari segi asbabun nuzulnya, munasabahnya, makna kosa katanya, pendapat para mufassir tentang makna masing-masing ayat secara parsial, serta aspek-aspek lainnya yang dipandang penting. Ayat-ayat tersebut dipandang sebagai satu kesatuan yang integral membicarakan suatu tema (maudhu’) tertentu didukung oleh berbagai fakta dan data, dikaji secara ilmiah dan rasional.
Demikian luasnya sudut pandang yang digunakan dalam metode tafsir ini, maka sebagian ulama menyebutnya sebagai metode yang paling luas dan lengkap. Bahkan ketiga metode yang disebutkan sebelumnya, semuanya diterapkan secara intensif dalam metode ini.
Ciri utama metode ini adalah terfokusnya perhatian pada tema, baik tema yang ada dalam Alquran itu sendiri, maupun tema-tama yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, metode ini dipandang sebagai metode yang paling tepat untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan umat manusia. Karena ia dapat memberikan jawaban dengan konsep Alquran terhadap berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia.
Lebih dari itu, jawaban Alquran yang disajikan melalui metode tafsir maudhu’i ini dapat memperkecil kontroversi pemahaman tentang sesuatu masalah. Karena ayat-ayat yang ditafsirkannya dipahami secara integral, tidak parsial, sehingga pemahamannya tidak terkotak-kotak pada suatu ayat tertentu dan pendapat mufassir tertentu pula.
Kitab-kitab tafsir yang disusun dengan menggunakan metode maudhu’i, tidak didapati dalam bentuk kitab-kitab tafsir dengan metode yang lain. Karena ia sifatnya tematik, maka pemunculannya berupa buku-buku mengenai tema tertentu yang digali dari Alquran. Contohnya seperti:
a) Al-Insan Fi al-Quran, dan, Al-Mar’ah Fi al-Qur’an, karya Abbas Mahmud al-‘Aqqad,
b) Al-Riba Fi al-Qur’an, karya Abu al-A’la al-Maududi.

E. Aplikasi Metode Tematik ( موضوعى)
1. Menetapkan Masalah yang akan dibahas
2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
3. Menyusun urutan kronologis turunnya ayat-ayat diserta pengetahuan tentang sebab nuzulnya;
4. Memahami korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing;
5. Menyusun outline (kerangka pembahasan yang sistematis;
6. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan masalah yang dikaji;
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan agar tidak terjadi kontradiksi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a) menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama,
b) mengkompromikan antara ayat yang ‘aam (umum) dengan ayat yang khash (khusus), yang muthlaq dengan muqayyad atau ayat-ayat yang sepintas kelihatan bertentangan; sehingga semuanya terfokus pada satu kesatuan konsep, tanpa adanya perbedaan atau pemaksaan. [Al-Farmawi, dalam Qureish Shihab, 1992: 114 – 115]


Referensi:
الدكتور صبحى الصالح, مباحث فى علوم القرآن, دار العلم للملايين, بيروت, ط. 17, 1988
Dr. Shubhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Alquran (Penterjemah Tim Pustaka Firdaus), Pustaka Firdaus, Jakarta, Cet. IV, 1993
الدكتور مناع خليل القطان, مبلحث فى علوم القرآن, منشورة العصر الحديثة, رياض, 1973
Dr. Manna’ Khalil al-Qaththan, Study Ilmu-ilmu Quran (Penterjemah Drs. Mudzkir AS.), Litera Antar Nusa, Bogor, Cet. I, 1992

جلال الدين عبد الرحمن السيوطى, الإتقان فى علوم القرآن, مصطفى البابى الحلبى, مصر, 1951
محمد عبد العظيم الزرقانى, مناهل العرفان فى علوم القرآن, دار الفكر, بيروت, لبنان, 1988
الدكتور محمد حسين الذهبى, التفســـير والمفســرون, دار الكتب الحديثة, 1976
Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddieqie, Ilmu-ilmuAlquran, Bulan Bintang, Jakarta.

----------, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1980

Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar lmu Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1985
Dr. Fuad bin Abdurrahman ar-Rumi, دراسات فى علوم القرآن (Ulumul-Quran: Studi Kompleksitas Alquran), Titian Ilahi, Yogyakarta, 1997
Departemen Agama RI, Muqaddimah Alquran dan Tafsirnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci, Jakarta

بدر الدين محمد بن عبد الله الزركاشى, البرهان فى علوم القرآن, عيسى البابى الحلبى و شركاه, د.س
Ahmad Von Denffer, Ulumul Quran: An Introduction to The Sciences of The Qur’an (Ilmu-ilmu Alquran: Pengantar dasar), Terj. Ahmad Nashir Budiman, CV Rajawali, Jakarta, 1988
محمد بن لطفى السبــاق, لمحات فى علوم القرآن واتجاهات التفســير, المكتبة الاســلامى, بيروت, ط.3, 1990

Dr. Hasanuddin AF. Anatomi Alquran: Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Alquran, Rajawali Press, Jakarta, 1995

Prof. Dr. Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI-Press, Jakarta, 1986

H. Ahmad Fathoni, Lq., Kaedah Qiraat Tujuh, Institut Studi Ilmu Alquran (ISIQ), Jakarta, 1992

----------, “QIRAAT TUJUH ALQURAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN RASAM USMANY”, dalam Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Alquran, Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (P‎TIQ), Jakarta, 1986

M. Qureish Shihab, Membumikan Alquran, Mizan, Bandung, 1992

----------, Mukjizat Alquran, Mizan, Bandung, 1997
M. Mutawally asy-Sya’rawi, معجــزة القـــرآن (Mukjizat Alquran), Risalah, Bandung, 1984
Prof. K.H. Busthami Abdul Ghani, “Alquran sebagai Mukjizat dan Hidayat” dalam Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Alquran, Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (P‎TIQ), Jakarta, 1986
Drs. H. Khotibul Umam, “Kemukjizatan alquran dari segi Uslaub dan Isi”, dalam Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Alquran, Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (P‎TIQ), Jakarta, 1986
Sayyid Ahmad Saqar (ed.), اعجاز القـرآن للباقـــلانى, دار المعارف, القاهــرة, دس.
Dr. Hamdani Anwar, Pengantar Ilmu Tafsir (bagian Ulumul Quran), Fikahati Aneska, Jakarta, 1995

Drs. Ramli Abdul Wahid, UlumulQuran, Rajawali, Jakarta, 1994
M. Ali ash-Shabuni, التبيــان فى علــوم القـرآن (Pengantar Studi Alquran), PT. Alma’arif, Bandung, 1987
Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, Al-Haramain, Jeddah, t.t.
Dr. Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998
Al-Khudhary, Syeikh Muhammad, Tarikh at-Tasyri’ al-Islamy, Darul-Fikr, Beirut, 1981

Senin, 04 April 2011

Ketika Keikhlasan Itu Hadir Cerpen


Oleh: Shita Ismaida

Dakwatuna.com – Tangisku pecah, memasuki kamar kosku. Seperti berada dalam pelukan ibuku. Kamar tempatku menumpahkan segala rasa. Kamar tempatku merancang mimpi dan merajut asa. Disini aku bisa menangis sepuasnya. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau, termasuk menangis dengan tangisan paling menyayat seumur hidupku, begitulah aku mengistilahkannya. Kumatikan ponsel dan semua akses komunikasi. Aku tidak ingin bicara dengan siapapun, karena tak akan ada yang mengerti perasaanku saat itu.

Aku menangis, menjerit, memecah kesunyian, dan menumpahkan semua beban yang membuncah di dadaku. Tak satu pun orang di rumah kos ini. Hanya aku dan Tuhanku. Tuhanku? Kenapa aku bisa melupakannya…Tuhan tempatku bergantung. Tuhan tempatku bermohon, Allah tempatku berbagi.

Setelah hampir satu jam menangis, aku mulai merasa lelah. Seiring suara azan Isya dari masjid sebelah, aku mencoba bangkit. Berwudhu, membasuh wajahku, menyeka sisa air mata yang menempel di pipiku.

Rabb, nikmat Engkau yang mana lagi yang akan hamba dustakan?

Kenapa aku harus menyayat sedemikian menyayat padahal aku masih bisa merasakan dinginnya air wudhu membasahi permukaan kulitku. Setelah itu kuhadapkan diri pada Rabb-ku. Sholat Isya. Allahu Akbar…Maha Besar Allah yang telah menciptakan ujian dan cobaan dalam hidup. Mungkin inilah shalat terbaik dalam hidupku. Sholat dalam keadaan ingatanku akan kematian teramat kuat. Inikah shalat terakhirku?

Kenapa harus aku? Cukup kuatkah aku menjalaninya? Mampukah aku hidup tanpa mimpi dan asa?

Ingatanku kembali pada kejadian siang tadi saat berjalan sendiri melewati lorong-lorong sepi di salah satu rumah sakit. ini hari ke-6 aku menjalani rangkaian pemeriksaan tubuhku di rumah sakit. Keluhan anemia, mual muntah, hipertensi, dan asam urat tinggi kembali terngiang di kepalaku. Hari ini adalah penentuan, sakit apa aku sebenarnya.

Dengan tegap kulangkahkan kakiku menuju ruang periksa dokter spesialis ginjal dan hipertensi. Dengan tenang aku duduk di depan dokter sambil menyerahkan hasil-hasil lab yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi.

saat selesai membaca hasil labku yang terbaru, tiba-tiba dokter itu menatapku dalam. Aku hanya tersenyum. Dia menatapku semakin dalam. Tak lama kemudian, meluncurlah kelimat panjang yang seolah menjadi pengantar bayanganku tentang sesuatu : …..KEMATIAN!!!

“Kamu punya Askes? Kerja dimana? Ada jaminan kesehatan nggak? Dengarkan baik-baik, kamu harus menjalani cuci darah dua kali seminggu. Satu kali cuci darah 600.000 rupiah. Artinya, kamu harus sedia uang minimal 4.800.000 rupiah setiap bulan. Kalau tidak, kamu akan mengalami komplikasi penyakit sampai koma dan bisa berakibat pada kematian, gimana?”

Aku perempuan berusia muda, yang datang sendiri ke rumah sakit dengan keyakinan bahwa penyakitku masih bisa di obati dengan minum obat secara rutin, tiba-tiba mendengar istilah baru bernama cuci darah.

Ya Tuhan, apa lagi ini? Jenis pengobatan macam apa ini? Mengapa begitu mahal? Apakah tidak ada alternatif lain? Sudah sedemikian parahkah penyakitku ini?

Segala hal tentang kematian tiba-tiba menggantung di pelupuk mataku. Kucoba menahan bulir bening itu turun dengan mengangkat wajah sambil menatap gambar-gambar yang menempel di dinding. Tidak mungkin aku menjalani cuci darah yang sedemikian mahal. Membayangkannya pun bahkan aku tak sanggup. Yang terngiang di telingaku hanyalah ungkapan sang dokter : Cuci Darah atau Mati!

Dan sampai kini ingin sekali kukatakan “Dokter, tidak bisakah Anda memberi sedikit harapan kepada seseorang yang harus menghadapi kematian ketika teman-temannya sedang merajut mimpi tentang masa depan?”.

Tiba-tiba ada suara keras yang memekakkan telingaku, “IKHLAS!!” Ya, hanya itu. Entah dari mana. Apakah itu suara nuraniku atau jawaban dari pertanyaanku? Aku tak pernah tahu. Yang jelas satu hal yang aku rasakan saat itu, ada kekuatan yang mendorongku untuk berkata, “Rabb, apapun yang akan terjadi, apapun yang harus hamba jalani, hamba ikhlas.”

Ada kekuatan besar yang mampu mendorongku untuk berhenti menangis, berhenti bertanya. Aku mencoba sendiri, lebih banyak mengingat Allah, mencoba memaknai sabar dan ikhlas yang tak terbatas.

Selembar kertas yang bertebaran di meja segera ku raih, jemari lentikku kembali menggerakkan pena..
Hari ini ku ingin sampaikan padamu tentang ikhlas…

Sungguh, Kesabaran itu tak pernah berbatas..
Yakinkan dirimu bahwa tak akan ada kata “Kesabaranku sudah habis” keluar dari mulutmu
Karena ikhlas itu tak pernah boleh berakhir…
Yakinkan dirimu bahwa tak pernah ada kata “Aku sudah tak sanggup lagi” mengalir dalam bibirmu
Karena tugasmu sebagai Abdi Rabbmu..tak akan pernah selesai

Yakinkan dirimu bahwa Rabb-Mu Maha Adil
Yakinkan dirimu bahwa engkau mencintai-Nya..
Yakinkan dirimu bahwa engkau mati hanya untuk-Nya..
Yakinkan dirimu bahwa tak pernah ada sesuatu dan seseorang dalam hatimu kecuali DIA.
Dan akhirnya…keikhlasan itu pun hadir….

Ketika kehendakmu tak sejalan dengan kehendak-Nya…
Biarkan kehendak-Nya yang berjalan atas hidupmu
Karena kehendak-Nya adalah kebaikan untukmu

Ketika inginmu tak sesuai dengan ingin-Nya
Biarkan ingin-Nya menjadi skenario terbaik bagi hidupmu
Karena Dia Mahatahu segala hal tentang dirimu..

Biarkan tangisan mengobati kekecewaanmu
Bukan kecewa pada Robb-Mu..
Tapi kekecewaan pada dirimu sendiri
Karena tak mampu berdiri diatas ingin-Nya..

Hidup harus terus dijalani, Sholehah terkasih…
Semenyakitkan apapun
Siap ataupun tidak
Karena Rabb-Mu tidak pernah butuh persetujuanmu atas setiap kehendak-Nya..

(Didedikasikan untuk saudari saya semoga Allah mengangkat penyakitmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit setelahnya…)

Markaz Pribadi
Jatipadang, April 2010

MENYELAMI SHALAT ,DARI SYARIAT MENUJU HAKEKAT I


Oleh: Akbar Kuspriadi
Praktisi Yoga,Atiqurrahman dari New Delhi India dalam bukunya Shalat, An Islamic Yoga and Meditation menyatakan bahwa shalat merupakan gabungan dari berate bentuk meditasi agama-agama samawi yang telah mengalami penyempurnaan .Dalam sholat tercakup semua bentuk meditasi dalam beragam aspeknya mulai dari meditasi postur dan gerak, nafas, bacaan ( mantera),perenungan ( kontemplasi ) , fokus ( melihat titik)dan pengosongan diri ( rasa).

Aspek meditasi gerak dalam sholat

Gerakan shalat sangat dinamis, mulai dari berdiri, rukuk, sujud, dan kemudian duduk selanjutnya kembali berdiri,berbeda dengan meditasi-meditasi lain pada umumnya yang hanya duduk dan diam,Gerakan sholat yg dinamis ini memberikan efek , membakar kalori, mengurangi zat gula, yang oleh para ahli dianggap sebagai penyebab stress atau kecemasan.Menurut penelitian di Barat sebagaimana pernah dilansir oleh Discovery Channel , zat gula yang berlebihan mengganggu terbentuknya zat Melatonin dan Endhorphine , yaitu zat pemicu ketenangan dan kedamaian yang biasa aktif saat meditasi. Itulah sebabnya barangkali mengapa Sensei Mikao Usui sang founder Reiki sangat menganjurkan murid-muridnynya untuk melakukan senam ringan atau olah raga kecil sebelum memulai meditasi.

Rangkaian gerakan shalat pada setiap raka`atnya jika diakumulasikan akan membentuk pola Circle 360 derajat, gerakan rukuk membentuk sudut 90 derajat, dua kali sujud masing-masing membentuk 135 derajat.Pola melingkar ini mengikuti pola gerakan alam semesta yang bergerak berputar tanpa henti, gerak trans substansial kata para filosof atau tarian-tarian kosmis meminjam istilahnya Sufi Pir Inayat Khan , seluruh alam semesta berputar-putar seperti ini, planet2 mengelilingi matahari, bahkan putaran tersebut terjadi pada sebuah atom yang terlihat seperti diam, hakekatnya semuanya bergerak tanpa henti, seluruhnya bergerak melingkar seperti putaran thawaf.Gerakan-gerakan melingkar ini kemudian diadopsi oleh berbagai tradisi esoteris, ataupun senam-senam pernafasan tenaga prana seperti Satria nusantara, sinar Putih, Nampon , Tai Chi dan lain sebagainya , gerak melingkar ini bertujuan untuk menyerap energi semesta. Dalam satu hari, seorang mushalli ( peshalat) mengulang putarannya setidaknya sebanyak 17 kali (bila dihitung shalat wajibnya saja), maka dalam setahun seorang mushalli akan mengulang-ulang putaran tadi sebanyak 6205 kali, dan ini artinya dalam setahun seorang peshalat menyimpan energi potensial yang luar biasa.Dalam fisika , putaran yang terus menerus bisa menghasilkan energi potensial, putaran konstan saat mengayuh sepeda bisa "diubah" oleh dinamo untuk menyalakan lampu sepeda.Putaran kicir air bisa menyalakan instalasi listrik pada sebuah desa..

Tentang gerakan shalat ini, Agus Mustofa dalam bukunya Pusaran Energi ka'bah serial diskusi tasawwuf modern menyatakan,"Jangan apriori dengan gerakan yang periodik, karena justeru dengan gerakan yang periodik itulah akan muncul energi yang makin lama makin besar.Banyak gerakan di alam semesta ini adalah gerakan periodik, mulai dari gerakan electron di dalam atom, sampai pada pergerakan bumi mengelilingi matahari, atau pergerakan matahari mengelilingi galaksi, ataupun gerakan galaksi mengelilingi pusat superskuler.Semua itu adalah gerakan periodik yang justeru menghasilkan kekuatan kehidupan."

Tidak hanya itu, Rangkaian gerakan sholat pun ternyata memiliki empat postur yang menyiratkan empat elemen pembentuk semesta , api, angin, air , dan tanah, yang dalam sains dikenal sebagai kode-kode DNA; G,T,C ,A. Dari empat kombinasi inilah kehidupan terbentuk, dalam metafisika kaum sufi ada konsep 4 cahaya: merah, kuning, putih,dan hitamatau mereka kadang mengistilat hkannya dengan Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail empat malaikat yang melingkupi empat arah mata angin .Dalam konteks ini, Shalat artinya mengikuti semesta, bertasbih bersama semesta, menari mengikuti semesta.

Takbir dalam shalat adalah gerakan membuka kedua tangan ke atas mengangkat tangan sedikit ke atas ,ada yang sejajar bahu,ada pula yang sejajar telinga, dan ada lagi yang lebih tinggi lagi dari telinga,ini mirip dengan salah satu postur dari perangkat ketiga FALLUN GONG dinamkan Guantong Liangji Fa , gerakan mengangkat tangan ke atas ini pun terdapat pula dalam aliran olah nafas seperti nampon, Satria Nusantara , dan sejenisnya, biasanya gerakan tersebut adalah jurus urutan ke sepuluh dalam hamper semua aliran olah nafas .Gerakan membuka tangan ke atas seperti sujud ini biasanya bertujuan untuk membuka jalur meridian tubuh terutama chakra mahkota sebagai pintu masuk energy tinggi dan terhubung dengan energi tinggi atau menghubungkan mikro kosmos dengan makro kosmos .Pada Reiki tradisional, gerakan mengangkat dan membuka tangan yang mirip dengan takbir ini termasuk ke dalam meditasi hatsurei-ho ( latihan peningkatan kuasa ) , tujuannya untuk membuka jalur hara sebagai pintu masuk energi, dan terhubung dengan energi tinggi alam semesta.

Secara fisiologi Paru-paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang cembung. Susunan ini didukung pula oleh dua jenis otot yaitu abductor yang gerakannya secara mekanis menjauhkan lengan dari dada dan adductor yang secara mekanis mendekatkan lengan dari dada . Saat Takbir , seorang mushalli mengangkat lengan dan sekaligus merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang termasuk paru-paru, selanjutnya aliran darah yang membawa oksigen pun menjadi lancar.

Sikap berdiri dalam shalat, dikenal pula dalam tradisi Hatta Yoga sebagai sikap dasar TaDasana, dalam pelajaran chikung maupun fallun gong , gerakan berdiri memancang dengan membuka sedikit kedua kaki seperti ini bertujuan untuk menghubungkan kutub langit dan kutub bumi. Posisi berdiri tegak ini secara fisiologis akan meluruskan tulang belakang.Kaki yang berdiri rileks tidak tegang seperti kuda-kuda silat ini dapat memperlancar system output atau pembuangan energy negative keluar tubuh.Posisi seperti ini memiki signifikasi metafisik yang paling dalam bagi ketegaran jiwa manusia, karena Islam menuntut ummatnya untuk bersikap tegak lurus dalam menjalani kehidupan, pribadi yang kokoh tak tergoyahkan.

Gerakan ruku dalam sholat prinsipnya sama dengan Uttasana dalam Hatta Yoga, gerakan dengan prinsip membungkuk seperti ini pun ada dalam salah satu gerakan fallun gong , dalam rangkaian gerak perangkat keempat Falun Zhoutian Fa .Gerakan membungkuk mirip rukuk terdapat pula dalam senam pernafasan jawa seperti Satria Nusantara dan nampon ,pada nampon gerakan membungkuk ada pada jurus ke empat,bedol. Dalam pelajaran esoteris Timur, kaum monoteisme prakristen pun diyakini telah melakukan praktek ritual sejenis ruku' ini, dalam Al Qur'an surat Maryam ada disebutkan bahwa Allah berfirman pada Maryam kemudian juga pada Isa " war ka'u ma'a raki'in: artiunya " rukuklah kamu bersama orang2 yang rukuk, artinya sejak zaman pra kristen pun sudah ada praktek ritual yang mirip rukuk ini, Kristen aliran Koptik ortodok masih mempertahankan ritus ini hingga sekarang.

Gerakan rukuk sangat mempengaruhi tulang belakang.Dalam tradisi Yoga ,Tulang belakang ini memiliki arti penting, dianggap sebagai pusat kekuatan spiritual manusia.Kaum Yogis menyebutkan bahwa kundalini yang diasumsikan sebagai pusat kekuatan spiritual manusia akan bangkit melalui jalur shusumna, sepanjang tulang punggung belakang.Bila tulang belakang baik, didukung pula oleh posisi nadi ida dan pinggala yang benar dan seimbang, kundalini yang terbangkitkan akan merambat naik ke atas menuju chakra mahkota tanpa hambatan atau halangan.Sebelum mencapai chakra mahkota,arus energy kundalini akan meyentuh kelenjar pineal yang terletak dibagian dalam kepala, akibatnya kelenjar pineal yang terstimulasi oleh energy kundalini ini akan mengeluarkan semacam biomorfin, munculah effek fly , atau semacam ekstase yang dikatakan dalam bukunya Irmansyah Effendi dengan istilah orgasme spiritual.Secara pribadi saya beranggapan bahwa fenomena tersebut belumlah merupakan spiritual eksperiense, tetapi masih merupakan reaksi kimiawi yang terjadi di dalam otak manusia yang kemudian memberikan effek orgasme atau semacam puncak kenikmatan dalam diri seseorang yang mengalaminya .

Secara medis , sejajarnya letak bahu dengan leher dalam posisi rukuk dapat memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher. . Getah bening (limfe) ini fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ dapat mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang ini pun akan mengempiskan ginjal, menstimulasi organ penting ini.


Selanjutnya dalam Yoga asanas dikenal posisi sarvangasana yang prinsipnya hampir mirip dengan gerakan sujud dalam shalat.Menurut Atiqurrahman, gerakan Sujud ini mengambil bentuk yang paling sederhana dan paling mencakup yang merupakan inti dari gerakan-gerakan sarvangasana tersebut , meletakan kepala di bawah chakra jantung. Gerakan sujud ini secara fisiologis akan membantu mengalirkan oksigen ke otak, bahkan dilaporkan oleh para ahli sebagaimana yang dikutip Abu sangkan dalam acara Indahnya Sholat , Ramadhan 2009 masehi, ada beberapa bagian otak yang tidak teraliri oksigen kecuali dengan gerakan ini.Itulah sebabnya Qur'an mengulang kata sujud ini 90 kali, untuk menunjukan bahwa sujud merupakan bagian terpenting dalam sholat.
Dalam sebuah buku Papyrus "Yedimesish Ontologia" yang sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, disebutkan bahwa bila system otot bahu digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).

Dari pelajaran esoteris mesir pra Islam, yang kemudian berkembang di Persia dengan nama Dahtuz yang "konon " kemudian diadaptasikan di Indonesia menjadi ilmu Nampon atau Chrachtologi, yaitu ilmu pernafasan yang pada tiap jurusnya menggunakan gerakan system belikat-bahu.Mereka percaya bahwa bila kita menggerakan bahu-belikat, system tulang dan otot sekitar belikat akan menstimulasi kekuatan yang disebut khrach atau dacht tersebut.Berbeda dengan ilmu pernafasan pada umumnya, kekuatan ilmu pernafasan yang diolah melalui pelajaran nampon atau khrachtologi ini sebagaimana yang pernah saya pelajari, akan mempengaruhi "rasa" atau pusat perasaan manusia sehingga bila seorang nampon menggunakan kekuatan chrachnya pada penyerang, perasaaan penyerang akan tersentuh, bila seorang nampon melakukan gerakan seperti misalnya (maaf) meremas biji kemaluan lawan dari kejauhan, maka lawan yang menyerang akan merasakan seolah-olah biji kemaluannya seperti diremas, ini sangat berbeda dengan permainan ilmu tenaga dalam system tanpa disentuh lawan jatuh lainnya yang pernah saya pelajari, penyerang hanya terpental biasa bila menyerang praksisinya.

Gerakan sujud yang benar pun ternyata akan menggerakan seluruh system otot bahu-belikat seorang mushalli secara sempurna, sehingga dalam sehari semalam seorang mushalli akan menggerakan bahu-belikatnya melalui gerakan sujud ini sebanyak 34 kali bila yang dihitung hanya shalat wajibnya saja, artinya dalam setahun seorang mushalli akan mengulang-ulang gerakan belikatnya sebanyak 12.410 kali, apalagi bila peshalat tersebut rajin melakukan berbagai shalat sunnah, jumlah pengulangan gerakan ini pun akan semakin banyak, artinya system energi khracht atau dacht para peshalat akan meningkat dari hari kehari dengan atau tanpa mereka sadari
Gerakan sujud ini sudah ada semenjak manusia pertama diciptakan, diriwayatkan bahwa Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Dalam Usui Reiki Ryoho posisi yang mirip dengan sujud termasuk ke dalam meditasi hatsu rei-ho, ini bertujuan untuk grounding, terhubung dengan bumi dan membuang semua negatifitas ke bumi.

Makna lain Sujud yaitu merendahkan diri kita di hadapan Sang Pencipta, seorang yang telah menegakan sujud dalam jiwanya haruslah rendah hati terhadap sesamanya.Dalam menuntut ilmu sikap hati merendah dapat mengalirkan kebijaksanaan atau aliran ilmu pengetahuan pada diri orang yang merendah tersebut dari orang lain yang lebih tinggi ilmunya, ibarat sebuah cangkir yang hanya bisa mendapat curahan air dari sebuah poci bila posisi cangkir lebih rendah dari poci tersebut.Demikian pula halnya dengan seorang murid hanya dapat menerima curahan kebijakan atau cahaya ilmu dari sang guru bila ia merendah.

Gerakan selanjutnya adalah duduk , Swami Shivananda mengatakan dalam Bukunya Yoga Asanas tentang Diamond Pose ( posisi intan ) dalam tradisi yoga kuno"Posisi ini sangat mirip dengan posisi Ummat Islam duduk dalam shalatnya."Gerakan duduk ini pun dikenal pula dalam meditasi Zazen di Jepang yang kemudian diadopsi oleh sensei Mikao Usui ke dalam pelajaran Reikinya,dalam Zen Budha gerakan seperti ini dikenal dengan Seiza.

Dalam keadaan duduk shalat ini,pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga aliran darah akan memenuhi seluruh telapak kaki dari mulai dari mata kaki hingga pembuluh darah di pangkal kaki seluruhnya mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.

Selanjutnya dari posisi duduk atau sujud ini, seorang mushalli melanjutkan rakaat shalatnya dengan kembali berdiri. Posisi kembali berdiri seperti ini mengajarkan sebuah hikmah yang paling dalam bagi ketegaran jiwa sang peshalat sejati dalam menjalani kehidupan , khususnya dalam menghadapi kegagalan.Kita diajarkan bangkit dari keterpurukan dan kembali berdiri.kita diajarkan untuk berdiri di tempat dimana kita pernah tersungkur.Orang-orang yang sukses adalah orang yang pernah gagal, pernah bangkit dari kegagalannya.Seorang teman praktisi spiritual yang kebetulan tidak pernah shalat setelah jatuh dari bisnisnya dengan menderita kerugian sebanhyak 60 juta rupiah mengatakan bahwa ia kapok dan tidak akan pernah lagi menjalani bisnis yang pernah digelutinya tersebut.Dalam keadaan terseok-seok ia mencoba lagi jenis usaha lain, setelah hampir setahun ia kembali jatuh terpuruk, bangkrut.Lagi-lagi ia mengaku kapok dan tidak akan menjalani bisnis barunya tersebut, dan seterusnya dan seterusnya hingga tanpa sadar ia telah mengulang-ulang siklus kegagalanannya selama lebih dari 5 tahun.Berbeda dengan para pebisnis sukses, Bapak Haji Abu Bakar owner Abuba steak misalnya, diceritakan sebelum akhirnya mencapai kesuksesannya ia pernah mengalami jatuh bangun beberapa kali, antara lain gerobak steaknya sempat di gusur kamtib, kemudian saat sedang laris-larisnya, ia diusir pemilik tempat dimana beliau mangkal.Bangkit dari sujud dalam sholat mengajarkan kita untuk selalu bangkit dari keterpurukan, bangkit di tempat dimana kita pernah terpuruk.

( diambil dari naskah saya berjudul : MENYIBAK TABIR SYARIAT , MENYELAMI SAMUDRA SAMUDRA,berbagai argumen tentang mengapa harus shalat,puasa, zakat, dan haji )

Sumber: http://kriyasemestafoundation.blogspot.com/2009/10/menyelami-shalat-dari-syariat-menuju.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons