ShoutMix chat widget

Sabtu, 16 Juli 2011

Festival (Internasional) Langkisau di Painan

Oleh : H. Sutan Zaili Asril

Wartawan Senior

Padang Ekspres • Minggu, 10/07/2011 12:40 WIB

DI ANTARA kabupaten/kota—bahkan untuk tingkat Provinsi Sumatera Barat pun—mengembangkan gagasan/mempunyai program festival daerahnya sendiri. Katakanlah festival atau pesta Tabuik di Kota Pariaman, festival Bajamba di Kota Sawahlunto, Pedati di Kota Bukittinggi, festival Desember di Kota Solok, festival Siti Nurbaya di Kota Padang, festival Danau Singkarak di Kabupaten Solok, festival Langkisau di Painan, Kabupaten Pessel, dan festival-festival lainnya di kabupaten/kota lain di daearah Provinsi Sumatera Barat. Tiap festival/karnaval/pesta daerah itu memiliki bentuk dan corak berbeda-beda. Di antaranya, ada yang lebih menonjolkan gagasan dan kehendak unsur pemko/pemkabnya, dan sebagiannya kelihatan kombinasi gagasan dan kehendak pemko/pemkab bersama elite daerahnya.


Yang sangat menarik, beberapa festival/karnaval/pesta daerah tahunan yang sudah berjalan sampai sejauh ini, kelihatan lebih menampilkan/menonjolkan industri lokal, seni budaya lokal, dan pariwisata daerah. Pemko/pemkab yang menyelenggarakan: berusaha mempromosikan/memasarkan hasil usaha dari perajin/kerajinan rakyat daerahnya masing-masing; menampilkan seni-budaya atau kesenian tradisi daerah masing-masing; dan tentu saja mempromosikan industri pariwisata dengan cara-cara/sesuai kesiapan daerah masing-masing. Pilihan untuk menonjolkan kerajinan rakyat dalam berbagai bentuk/jenis dan potensi kepariwisataan, diperhitungkan memberi multiplier effect terhadap berbagai subsektor lainnya dan atau ”mendorong paksa” subsektor lainnya untuk juga berbenah/berkembang.


Untuk Provinsi Sumatera Barat sendiri, ada festival budaya sekali setahun dengan biaya sampai miliaran rupiah dengan tungganai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. Entahlah apa hasilnya bagi daerah dan rakyat Sumatera Barat. Kalau memakai patron pemerintah daerah, bilamana unit kerja pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten (Pemko/Pemkab) sudah membelanjakan dana alokasi anggaran yang disediakan dalam anggaran pendapatan dan belanja nasional (APBN) dan atau anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang dapat dipertanggungjawabkan secara akuntansi pemerintah/lolos dalam pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)—walau hasilnya tidak ada/tidak jelas—sudah menjadi kinerja.


What ever, pemprov dan pemko/pemkab punya agenda festival/karnaval/pesta daerah yang lebih berdimensi/mengakomodasi kepentingan daerah/masyarakat daerah bersangkutan, sesungguhnya sudah patut diapresiasi. Memang, crucial point-nya dan menjadi konsekuensi logis dari gagasan yang datang/disusun sendiri oleh pemprov atau pemko/pemkab. Sebaliknya, otonomi daerah lebih mengharapkan tumbuh/berkembang insiatif atau prakarsa elite daerah yang diperhitungkan lebih mementingkan kepentingan dan memperoleh nilai tambah bagi daerah/masyarakat daerah. Misalnya, bilamana festival/karnaval/pesta daerah tersebut memberi kesempatan tak hanya berhibur, juga mempromosikan daerah/produk daerah—akhirnya memberi nilai tambah bagi kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah.


BEGITUKLAH, walau sudah dirintis sejak delapan tahun silam, dan khususnya lebih dikembangkan pada masa Bupati Drs H Nasrul Abit MBA, Cucu Magek Dirih berkesempatan menghadiri Festival Langkisau di Painan—yang juga dihadiri Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) H Irman Gusman SE MBA, dan anggota DPD-RI Dr H Alirman Sori SH, Hj Emma Yohanna M, dan Gubernur Sumatera Barat Prof Dr H Irwan Prayitno Dt Rajo Bandaro Basa Psi MSc. Kelihatannya Pemprov Sumatera Barat dan juga elite nasional Sumatera Barat mendukung Festival Langkisau.


Yang menarik perhatian Cucu Magek Dirih, Festival Langkisau ini berdimensi pariwisata—diperhitungkan mendorong perkembangan potensi dan industri pariwisata Kabupaten Pessel, mendorong industri kerajinan rakyat berbagai jenis/bentuk—ada bazaar dan pameran; menampilkan olahraga hobi (paralayang, selaju sampan, renang samudera—renang antarpulau di laut, balap sepeda dan fun bike); dan hobi lain seperti fotografi, panjat pinang, memancing di laut, dan mangaik ikan mungkuih. Iven pariwisatanya sendiri, ada pemilihan duta wisata, festival/pagelaran seni budaya Pessel. Ada pawai budaya dari 12 kecamatan, festival randai, festival tari, lomba lagu pop Minang, dan penampilan paket seni lainnya yang juga diikuti Kabupaten Solok, Sijunjung, dan Sawahlunto.


Sayang sekali, Cucu Magek Dirih tidak sempat melihat bazaar dan pameran, apakah memang menampilkan/menonjolkan produk khas daerah Pessel atau tidak—dari laporan panitia ada tercatat transaksi senilai Rp1,6 miliar. Juga sayang sekali, selain menghadiri acara pembukaan yang sangat meriah, Cucu Magek Dirih tidak mengikuti seluruh rangkaian acara Festival Langkisau dari awal sampai usai—walau memperoleh materi laporan Ketua Panitia Drs H Iqbal Rama Dipayana. Yang jadi pikiran Cucu Magek Dirih, seberapa jauh festival itu dipromosikan dan mendatangkan sebanyak mungkin pengunjung dari luar Kabupaten Pessel dan luar provinsi Sumatera Barat—bahkan mancanegara, sehingga festival terasa berskala nasional dan internasional.


Sejak semula, seperti umumnya potensi dan industri pariwisata di Indonesia relatif kurang dipromosikan. Sebagai wartawan yang cukup sering bepergian menghadiri acara dan atau diundang berkunjung ke berbagai negara di dunia, Cucu Magek Dirih akan sangat mudah memperoleh informasi potensi, agenda, peta/foto-foto/streaming, dan skala industri pariwisata berbagai negara—sebelum berkunjung ke negara dimaksud, hanya melalui browsing di internet—seakan sudah bisa menulis artikel/features tanpa harus berkunjung ke negara itu. Pun, memperoleh informasi potensi, agenda, peta/foto/streaming, dan skala industri pariwisata—di negara bagian China pun! Cucu Magek Dirih pernah menyampaikan kepada Bupati Nasrul Abit untuk memperhatikan promosi selain mengkondisikan kesiapan.


Yang sangat menarik perhatian Cucu Magek Dirih, Festival Langkisau seakan mendorong paksa perkembangan infrastruktur jalan dan jembatan, khususnya. Seperti dijelaskan/ekspos Bupati Nasrul Abit—tambahan informasi/data dari Kepala Bappeda Kabupaten Pessel Erizon, ruas jalan negara di Kabupaten Pessel amat panjang sebagai konsekuensi dari Kabupaten Pessel dan memanjang dari batas kota Padang di bagian utara, perbatasan Provinsi Bengkulu dan Jambi (Kerinci) di selatan. Lalu, jalan provinsi dan kabupaten masih terbatas. Padahal, untuk mendukung perkembangan potensi dan mendorong kemajuan industri pariwisata di Kabupaten Pessel diperlukan pelebaran jalan nasional dan pembangunan jalan baru dari arah Padang ke Painan.


Katakan pembangunan ruas jalan baru Sungaipisang (batas kota Padang), yang menyisir pantai sampai obyek wisata luar biasa Mandeh (45 km), misalnya. Ini adalah jalan/jembatan provinsi baru dirintis dengan dana APBD Pessel 2011 sebesar Rp6,285 miliar—kemampuan APBD kabupaten ini jelas terbatas, sehingga harus didukung dana APBD provinsi dan APBN. Begitu pun diperlukan pelebaran jalan dari Gaung (batas Kota Padang) sampai Painan—terus ke Tapan. Ruas ini adalah jalan negara dan dibiayai dana APBN. Juga realisasi pembangunan pelabuhan/ruas-ruas jalan pendukung ke pelabuhan Sungaipinang, sehingga pelabuhan ini menjadi pintu keluar bagi produk crude palm oil (CPO) dari hinterland Kabupaten Pessel (Kabupaten Solok, Sijunjung, dan Dharmasyraya, serta Provinsi Jambi bagian barat dan Bengkulu bagian utara).


INFORMASI diperoleh Cucu Magek Dirih dari Gubernur Irwan Prayitno, peluang pengembangan potensi kawasan Mandeh oleh pengusaha negara bagian Bavaria, Jerman—salah satu dari hasil dan tindak lanjut kunjungan kerja Gubernur Irwan ke Jerman yang ”kontroversial” (karena kurang memberi latar belakang dan penjelasan yang cukup dari biro hubungan masyaraat protokol). Tahapan perwujudan konsep kawasan wisata Mandeh yang akan ditata menurut arsitektur Islami, diperhitungkan akan memberi multiplier-effect luar biasa terhadap perkembangan industri pariwisata di provinsi Sumatera Barat—termasuk promosi pariwisata di Eropa—diperhitungkan akan mendorong peningkatan kunjungan calon wisatawan ke Sumatera Barat/lewat Bandar Udara (Bandara) Minangkabau International Airport—akhirnya ke Mandeh Pessel.


Peluang luar biasa ini akan ikut ditentukan oleh penyediaan infrastruktur pendukung, seperti jalan/jembatan seperti disebutkan di atas. Insya Allah semua itu akan menjadi kenyataan. Untuk itu, Cucu Magek Dirih—dan kita bersama di daerah ini—berharap kawasan Mandeh akan jadi kawasan wisata lengkap (hotel berbintang, lapangan golf, dan atau fasilitas berbintang lainnya) yang berarsitektur Islami, itu mendapat dukungan berbagai pihak, and the dream would be came true. (*)
H. Sutan Zaili Asril

SETERU

Padang Ekspres • Sabtu, 16/07/2011 13:15 WIBSanta Fe, Padek—Laga klasik tersaji di perempat final Copa America 2011. Dua tim yang paling sering menjuarai Copa America (14 gelar), Argentina dan Uruguay, bakal saling jegal. Siapa yang akan tampil sebagai pemenang laga di Estadio Brigadier General Estanislao Lopez di Santa Fe itu (siaran langsung RCTI pukul 05.00 WIB)


Jawabannya agak susah. Jika menilik hasil di fase grup, keduanya sama-sama mencatat menang sekali dan seri dua kali. Kemenangan pun baru dipetik keduanya di laga pemungkas grup. Kemenangan itu ditandai dengan performa menawan masing-masing tim.


Argentina menang 3-0 atas Kosta Rika (11/7), sedangkan Uruguay unggul 1-0 atas Meksiko (12/7). ”Penampilan kami semakin membaik, tapi Uruguay juga berada dalam situasi yang sama,” ucap Lionel Messi, bintang penyerang Argentina, kepada Ole.

”Kami mampu bermain sebagai sebuah tim di laga terakhir dan kami berusaha untuk mempertahankannya di perempat final,” imbuh pemain terbaik dunia dua kali itu.


Saat mengalahkan Kosta Rika, Messi tidak lagi menjadi penyerang tengah dalam skema 4-3-3, melainkan sebagai playmaker di belakang Gonzalo Higuain dalam skema 4-2-3-1. Pelatih Tim Tango (sebutan Argentina) Sergio Batista pun telah mengonfirmasi bakal mempertahankan winning eleven.


”Saya tidak memiliki ganjalan dengan skema itu. Saya menjalani apa yang diinstruksikan pelatih dan selama itu membantu tim, saya sangat senang,” tutur pemain terbaik dunia dua kali itu.


Yang mungkin menjadi ganjalan bagi Messi adalah menanti bagaimana respons fans Argentina di Santa Fe. Itu mengacu saat Argentina ditahan imbang tanpa gol (0-0) Kolombia di Santa Fe dalam laga di fase grup (6/7). Seusai laga, Messi menjadi sasaran cemoohan penonton.


”Kami menderita karena kritik sekalipun kami merasa telah melakukan sesuatu yang benar. Meski begitu, kritik juga membuat kami lebih kuat. Sekalipun saya dikritik, itu tidak menghalangi saya memberikan yang terbaik bagi negeri saya,” papar striker berjuluk si Kutu itu.


Tidak hanya Argentina, Uruguay tidak lepas dari kritik di negerinya sendiri. Hanya, kritik terhadap Charruas (sebutan Uruguay) masih dalam batas normal. Beruntung, juru strategi Uruguay, Oscar Tabarez menyikapinya dengan positif. ”Kami datang ke turnamen sebagai semifinalis Piala Dunia 2010 dan orang berekspektasi tinggi terhadap kami. Wajar apabila media menyoroti kami. Apalagi kami akan menghadapi Argentina di perempat final,” ungkapnya kepada Associated Press.


Terkait taktik menghadapi Argentina, Tabarez berencana mengusung skema 4-4-2 seperti saat mengalahkan Meksiko 1-0 (12/7). Skema itu dianggap opsi terbaik dibandingkan 4-3-3 mengingat striker Edinson Cavani masih belum pulih dari cedera tertarik otot lutut.


Sesi latihan terakhir, Tabarez tidak akan memainkan komposisi pemain yang sama seperti saat melawan Meksiko. Itu seiring kembalinya bek kiri Martin Caceres yang terbebas dari akumulasi kartu. Caceres akan menempati posisinya sehingga Alvaro Perreira kembali bermain sebagai winger kiri.


Perubahan lain, mencari pasangan kapten tim Diego Lugano di jantung pertahanan setelah Sebastian Coates terkena akumulasi. Mauricio Victorino yang dicadangkan dalam dua laga terakhir. (dns/jpnn)

PASAR BARU DIGULUNG SI GULAMBAI

Minggu, 17 Juli 2011 00:21

Padang membara lagi. Sebanyak 18 petak bangunan jadi abu di Pasar Baru. Tak ada korban jiwa. Kerugian mencapai Rp800 juta. Masyarakat diminta hati-hati.

Kota Padang seolah sangat identik dengan kebakaran. Tak ada waktu tanpa kebakaran. Kemarin, Sabtu (16/7) sekitar pukul 18.30 WIB terjadi kebakaran hebat di Jalan Dr M Hatta, Pasar Baru, Kecamatan Pauh, Kota Padang arah Kampus Unand.

Saat azan Magrib berkumandang, api pun mengganas. Masyarakat menjerit. Terperanjat. Tempat tinggal dan usaha mereka hangus dilahap si gulambai. Mereka panik karena puasa makin dekat.

Lebih kurang 18 pintu berbagai jenis bangunan terbakar. Kerugian ditaksir Rp800 juta. Untunglah, tak ada korban jiwa dalam musibah ini kendati dilaporkan dua orang korban luka bakar ringan.

Berdasarkan keterangan saksi mata, Ahmadi (45) api berasal dari salah satu toko fotokopi. Ia mengatakan, salah seorang warga yang sedang menyalin bensin ke jeriken kecil tertumpah dan disambut api.

Api cepat menjalar ke bangunan lain karena pada saat yang sama angin bertiup cukup kencang. Bangunan lain yang turut terbakar terdiri atas toko, rumah kos dan rumah warga.

Api baru bisa dijinakkan tim pemadam kebakaran sekitar pukul 21.30 dengan melibatkan 12 unit mobil penjinak api yang didatangkan dari Dinas Kebakaran 7 unit, 1 Fire Rescue Damkar, 2 unit dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, dan 1 unit dari Universitas Andalas

“Kerugian sekitar delapan ratus juta,” kata Basril, Kasi Operasional Dinas Pemadam Kebakaran kepada Haluan Sabtu (16/7) malam.

Kebakaran tersebut, kata Basril, menghanguskan 4 rumah warga, 12 ruko semi permanen, 2 ruko per­manen. “Satu korban luka bakar bernam Ujang Usu usia 30 tahun dan Herman pingsan saat melihat kejadian itu. Kedua dibawa ke Bidan Ani tak jauh dari lokasi kebakaran,” ujarnya.

Dua Kali Ledakan

Saat api membubung ke langit, terdengar keras ledakan sebanyak dua kali yang sempat mengejutkan petugas pemadam kebakaran. Lebih kurang dua setengah jam petugas dibantu masyarakat bergulat menji­nakkan si jago merah itu.

Dari pantauan Haluan saat kebakaran itu terjadi, lebih dari seribu warga dan mahasiswa memenuhi kawasan Pasar Baru. Lautan manusia ini juga sempat menghambat mobil pemadam kebakaran yang terpaksa bolak-balik mengisi mobil air.

Sementara itu, dua kilometer dari Pasar Baru menuju arah Pasa Raya Padang terjadi kemacetan panjang yang dipenuhi kendaraan roda dua dan roda empat. Bahkan tak sedikit warga yang terjebak macet memilih memarkirkan kendaraan di bibir jalan dan rela berjalan kaki ke Pasar Baru hanya untuk melihat dahsyatnya kebakaran tersebut. (h/cw13/wan)

Pegawai BUMN Pakai Pertamax

Tekan Subsidi, Jangan Sekadar Imbauan

Padang Ekspres • Sabtu, 16/07/2011 09:43 WIB

Jakarta, PadekSosialisasi menekan konsumsi BBM bersubsidi terus dilakukan. Setelah anggota DPR dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diimbau tidak menggunakan Premium, kini giliran pegawai/karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diminta melakukan hal yang sama.Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, pegawai BUMN yang mampu (memiliki mobil) supaya tidak lagi menggunakan Premium. ”Itu sudah sering kita sampaikan di setiap forum (pertemuan). Prinsipnya, kita mendukung,” ujarnya di Kantor Kementerian BUMN kemarin (15/7).


Seharusnya, kata Mustafa, bukan hanya anggota DPR, PNS, dan pegawai BUMN yang diimbau tidak menggunakan BBM bersubsidi, namun bagi semua masyarakat yang memang sudah mampu, harus menggunakan BBM nonsubsidi seperti Pertamax. “Dengan begitu, kita berharap program Pertamax-isasi bisa berjalan,” katanya.


Namun, imbauan-imbauan tersebut dikritisi Anggota Komisi VII DPR yang membidangi sektor energi, Satya W. Yudha. Menurut dia, meski Badan Anggaran DPR sudah meminta kepada Kementerian ESDM untuk melarang anggota DPR maupun PNS membeli BBM bersubsidi, namun hal itu belum memiliki kekuatan yang mengikat. ”Itu sifatnya masih imbauan saja,” ucapnya.


Karena itu, lanjut Satya, jika ingin melarang anggota DPR, PNS, pegawai BUMN, maupun masyarakat pemilik mobil untuk tidak membeli BBM bersubsidi, mestinya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tegas melalui regulasi atau aturan. ”Sebab, kalau sifatnya baru imbauan, akan sulit terlaksana di lapangan,” katanya.


Menurut dia, tanpa aturan yang mengikat, petugas SPBU tidak bisa melarang siapapun untuk membeli BBM bersubsidi, bahkan jika pembeli tersebut menggunakan mobil mewah sekalipun. ”Namanya juga imbauan, maka bisa saja tidak dituruti,” ujarnya.


Untuk itu, kata Satya, pemerintah harus segera menentukan opsi mana yang akan dipilih dalam program pembatasan konsumsi BBM bersubsidi. Misalnya, apakah melarang semua mobil membeli BBM bersubsidi, atau hanya mobil dengan spesifikasi tertentu yang dilarang. “Karena itu, harus segera diputuskan, siapa saja yang tidak pantas menerima subsidi. Agar dana subsidi benar-benar bisa disalurkan secara langsung ke masyarakat yang membutuhkan,” jelasnya.


Pendapat senada disampaikan Vice President (VP) Komunikasi PT Pertamina Mochamad Harun. Menurut dia, Pertamina sangat mendukung upaya pemerintah yang menghimbau Anggota DPR, PNS, maupun pegawai BUMN untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi. ”Tapi, jujur saja, kalau tanpa ada regulasi, akan kurang efektif,” ujarnya.


Menurut Harun, di internal Pertamina, sejak empat tahun lalu, sudah ada kebijakan bahwa semua kendaraan operasional atau kendaraan dinas yang digunakan karyawan Pertamina, harus menggunakan BBM nonsubsidi atau Pertamax. ”Alhamdulillah, kebijakan itu sangat efektif. Tapi, ini di Pertamina, kalau untuk PNS atau BUMN lain, belum tentu (efektif),” katanya.


Harun menyebut, saat ini pun Pertamina terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mampu pemilik mobil untuk tidak mengkonsumsi BBM bersubsidi. Imbauan itu dilakukan melalui spanduk-spanduk di SPBU maupun monitor di atas dispenser Premium di SPBU. ”Tapi, kalau sekedar imbauan memang sulit. Petugas SPBU juga tidak bisa melarang orang yang mau beli Premium, karena nanti malah ribut di mana-mana,” ucapnya.


Harun bercerita, dirinya pernah mencoba menegur pengemudi mobil Hummer yang kedapatan membeli Premium di salah satu SPBU di Jakarta. ”Sepertinya itu yang beli sopirnya. Waktu saya tegur, dia malah marah-marah. Ya sudah, saya tidak bisa melarang, karena memang belum ada aturan yang melarang,” ujarnya. Sebagai gambaran, Hummer adalah kendaraan jenis sport utility vehicle (SUV) buatan AS yang harganya di atas Rp3 miliar.


Karena itu, lanjut Harus, jika memang pemerintah ingin menekan konsumsi BBM bersubsidi, maka harus melalui regulasi yang mengikat. ”Tapi, sementara regulasinya disusun, imbauan untuk masyarakat mampu agar tidak membeli BBM bersubsidi juga harus terus disosialisasikan, termasuk di daerah,” jelasnya.


Menurut Harun, akan sangat baik jika misalnya, seluruh Bupati, Walikota, atau Gubernur menginstruksikan kepada jajaran di bawahnya, agar kendaraan dinas atau kendaraan operasional Pemda menggunakan BBM nonsubsidi atau Pertamax. “Kalau seluruh daerah bisa melaksanakan, maka ini akan sangat membantu menekan beban subsidi,” terangnya. (jpnn)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons