ShoutMix chat widget

Rabu, 28 April 2010

*Singa yang Menyembunyikan Kukunya*


Eramuslim.net

Allah SWT berfirman, *"Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan menderita kelemahan diatas kelemahan dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu! Kepada-Ku tempat kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."* (QS. Luqman: 14-15)

Ayat-ayat yang mulia ini mempunyai latar belakang kisah tersendiri dan
mengejutkan; menyebabkan satu golongan diantara dua golongan yang
bertentangan jatuh terbanting, berhubungan dengan pribadi seorang pemuda
lemah lembut. Akhirnya kemenangan berada di pihak yang baik dan beriman.

Tokoh kisah ini ialah seorang pemuda Makkah, keturunan terhormat, dan dari
ibu bapak yang mulia. Nama pemuda itu Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu.

Tatkala cahaya kenabian terpancar di kota Makkah, Sa'ad masih muda belia,
penuh perasaan belas kasih, banyak bakti kepada ibu bapak, dan sangat
mencintai ibunya. Walaupun Sa'ad baru menjelang usia 17 tahun, namun dia
telah memiliki kematangan berpikir dan kedewasaan bertindak. Dia tidak
tertarik kepada aneka macam permainan yang menjadi kegemaran pemuda-pemuda
sebayanya. Bahkan dia mengarahkan perhatiannya untuk bekerja membuat panah,
memperbaiki busur, dan berlatih memanah, seolah-olah dia sedang menyiapkan
diri untuk suatu pekerjaan besar. Dia juga tidak puas dengan
kepercayaan/agama sesat yang dianut bangsanya, serta kerusakan masyarakat,
seolah-olah dia sedang menunggu uluran tangan yang kokoh kuat, penuh kasih
sayang, untuk merubah keadaan gelap gulita menjadi terang benderang.

Sementara itu, Allah 'Azza wa Jalla menghendaki akan menaikkan harakat
kemanusiaan yang telah merosot secara keseluruhan dan merata, melalui
pribadi yang belas kasih itu, yaitu melalui penghulu segala makhluk,
Muhammad bin Abdillah. Dalam genggamannya memancar sinar petunjuk keutuhan
yang tidak tercela, yaitu Kitabullah.

Sa'ad segera memenuhi panggilan yang berisi petunjuk dan hak ini (agama
Islam), sehingga dia tercatat sebagai orang ketiga atau keempat yang masuk
Islam. Bahkan dia sering berucap dengan penuh kebanggaan, "Setelah aku
renungkan selama seminggu, maka aku masuk Islam sebagai orang ketiga."

Rasulullah saw sangat bersuka-cita dengan islamnya Sa'ad. Karena beliau
melihat pada pribadi Sa'ad terdapat ciri-ciri kecerdasan dan kepahlawanan
yang menggembirakan. Seandainya kini ia ibarat bulan sabit, maka dalam tempo singkat ia akan menjadi bulan purnama yang sempurna.

Keturunan dan status sosialnya yang mulia dan murni, melapangkan jalan
baginya untuk mengajak pemuda-pemuda Makkah mengikuti langkahnya masuk Islam seperti dirinya. Di samping itu sesungguhnya Sa'ad termasuk paman Nabi saw. juga. Karena dia adalah dari Bani Zuhrah sedangkan Bani Zuhrah adalah keluarga Aminah binti Wahab, ibunda Rasulullah saw.

Rasulullah saw. sangat membanggakan pamannya. Pernah diceritakan, suatu
ketika beliau sedang duduk-duduk beserta beberapa orang sahabat. Tiba-tiba
beliau melihat Sa'ad bin Abi Waqqash datang. Lalu beliau berkata pada para
sahabat yang hadir, "Inilah pamanku. Coba tunjukkan padaku siapa yang punya
paman seperti pamanku!"

Tetapi, Islamnya Sa'ad tidak langsung memberikan kemudahan yang mengenakkan
baginya. Sebagai pemuda muslim, dia ditantang dengan berbagai tantangan,
ujian, serta cobaan-cobaan berat dan keras. Ketika cobaan-cobaan itu telah
sampai dipuncaknya, Allah SWT menurunkan wahyu mengenai peristiwa yang
dialaminya. Marilah kita dengarkan kisahnya.

Sa'ad bercerita, "Tiga malam sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi,
seolah-olah aku tenggelam dalam kegelapan yang tindih menindih. Ketika aku
sedang mengalami puncak kegelapan itu, tiba-tiba aku lihat bulan memancarkan cahaya sepenuhnya lalu kuikuti bulan itu. Aku melihat tiga orang telah lebih dahulu berada dihadapanku mengikuti bulan tersebut. Mereka itu adalah Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar As-Shiddiq, aku bertanya kepada mereka, "Sejak kapan anda bertiga disini?" Mereka menjawab, "Belum lama." Setelah siang hari, aku mendapat kabar, Rasulullah saw. mengajak orang-orang mengajak kapada Islam secara diam-diam. Yakinlah aku sesungguhnya Allah SWT menghendaki kebaikan bagi diriku, dan dengan Islam Allah akan mengeluarkanku dari kegelapan kepada cahaya terang. Aku segera mencari beliau, sehingga bertemu dengannya pada suatu tempat ketika dia sedang salat Ashar. Aku menyatakan masuk Islam di hadapan beliau. Belum ada orang mendahuluiku masuk Islam, selain mereka bertiga, seperti yang terlihat dalam mimpiku.

Sa'ad melanjutkan kisahnya, "Ketika ibuku mengetahui aku masuk Islam, dia
marah bukan kepalang. Padahal aku anak yang berbakti dan mencintainya. Ibu
memanggilku dan berkata, "Hai Sa'ad! Agama apa yang engkau anut, sehingga
engkau meninggalkan agama ibu bapakmu? Demi Allah Engkau harus meninggalkan
agama barumu itu! Atau aku mogok makan minum sampai mati..! Biar pecah
jantungmu melihatku, dan penuh penyesalan karena tindakanmu sendiri,
sehingga semua orang menyalahkan dan mencelamu selama-lamanya."

Aku menjawab, "Jangan lakukan itu, Bu! Bagaimanapun juga aku tidak akan
meninggalkan agamaku." Ibu tegas dan keras melaksanakan ucapannya. Beliau
benar-benar mogok makan minum. Sehingga tubuh dan tulang-tulangnya lemah,
menjadi tidak berdaya sama sekali. Terakhir, aku mendatangi ibu untuk
membujuknya supaya dia mau makan dan minum walaupun agak sedikit. Tetapi ibu memang keras. Beliau tetap menolak dan bersumpah akan tetap mogok makan
sampai mati, atau aku meninggalkan agamaku, Islam.

Aku berkata kepada ibuku, "Sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi aku lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu mempunyai seribu jiwa, lalu jiwa itu keluar dari tubuh ibu sata persatu (untuk memaksaku keluar dari agamaku), sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku karananya."

Tatkala ibu melihatku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, dia pun mengalah.
Lalu dia menghentikan mogok makan sekalipun dengan perasaan terpaksa. Maka
Allah SWT menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad saw. yang artinya, "Dan kalau keduanya memaksa engkau menyekutukan-Ku (dengan) apa yang engkau tidak ketahui jangan diturut, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons